BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Simpulan
Historis
Berdasarkan hasil uraian pembahasan sebelumnya,
maka dapat diambil simpulan historisnya adalah sebagai berikut :
a. Peranan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX di bidang politik dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yaitu :
1) Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dapat dikatakan mulai merambah dunia politik sebelum dinobatkanya menjadi seorang Raja Yogyakarta menggatikan Sultan
Hamengku Buwono VIII. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX yang berusia 28 tahun bernegosiasi secara alot dengan
sistem meraton selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adams
mengenai otonomi Yogyakarta.
2) Sri
Sultan Hamengku Buwono IX mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus
bagi Yogyakarta dengan predikat "Istimewa". Sultan bersama Sri Paku
Alam IX adalah penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik
Indonesia. Dan pada saat inilah juga Ia
diangkat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama oleh Presiden
Soekarno tepat setelah Proklamasi kemerdekan. Jabatan itu diembannya hingga
akhir hayat, yang dibantu Sri Paku Alam IX selaku Pejabat Gubernur.
3) Bagi Sultan
pribadi, proklamasi kemerdekaan itu merupakan peristiwa yang membuka jalan
untuk melepaskan diri dari penderitaan dimana dalam batinnya bergejolak
keinginan untuk merdeka dan menyejahterakan rakyat. Sementara itu upaya yang
dilakukan yakni dengan berdiplomasi dan konsolidasi sekaligus menempuh jalan bebas
guna menentukan nasib kemudian hari. Sultan Hamengku
Buwono IX adalah seorang Raja pada kerajaan dengan
gelar "Sampeyan Dalem Ingkang
Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin
Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga".
4) Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sejatinyanya adalah sosok seorang negarawan sejati sekaligus Priyayi atau Raja
Jawa yang menghabiskan hidupnya untuk Negara.
Wawasan kebangsaan dan kebesaran hati Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga
terlihat dari sikap tegasnya yang mendukung Republik Indonesia dengan sangat
konsekuen. Kerelaannya untuk memberikan sebagian wilayahnya sebagai pusat
pemerintahan Republik Indonesia, sebuah kekuasaaan yang lebih tinggi dari
kekuasaan kesultanan.
5) Sri Sultan
Hamengku Buwono IX merupakan contoh bangsawan yang demokratis. Pemerintahan
Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya. Bila
dalam masa kejayaan Mataram pernah berhasil mengembangkan konsep Politik
Keagungbinataraan yaitu bahwa kekuasaan raja adalah agung binathara bahu dhenda nyakrawati, berbudi bawa leksana ambeg adil
para marta yakni besar laksana kekuasaan dewa, pemeliharaan hukum dan
penguasa dunia, meluap budi luhur mulianya, dan bersikap adil terhadap sesama,
maka Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan wawasan barunya menunjukkan bahwa
raja bukan lagi gung binathara,
melainkan demokratis. Raja berprinsip kedaulatan rakyat tetapi tetap berbudi bawa leksana.
b. Peranan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX di
bidang Militer dalam Serangan Umum 1
Maret 1949 yaitu :
1. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX di dalam bidang militer merupakan seorang Negarawan yang matang dalam
Kalkulasi dan Strategi perjuangan yang didukung dengan Kewenangan sebagai
Menteri Koordinator Keamanan maka mulailah beliau menyusun rancangan dengan
menggunakan beberapa faktor pendukung yang masih ada serta kelemahan dan Point of Return selain itu ternyata
pengaruh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Jawa juga mempengaruhi
jalannya kiprahnya di bidang militer dalam serangan umum 1 maret 1949.
2. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX merupakan salah satu tonggak sebagai foundhing father atas berdirinya Republik Indonesia. Sri Sultan Hamengku Buwono IX
merupakan tokoh yang cukup berperan dalam fase
Indonesia berkembang dan upaya menghapus puing-pung kolonialisme di dalam
mempertahankan Kemerdekaan. Hal ini di dasari atas terlintasnya sebuah
inisiatif ide gagasannya untuk mengadakan suatu Serangan Umum yang dipimpin
langsung oleh persetujuan Jenderal soedirman dan Letkol Soeharto sebagai
pelaksana yang membawahi wilayah
Yogyakarta.
3. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Yogyakarta jelas lebih maju pemikirannya
dari pada kerabat-kerabatnya. Beliau berani mengambil sikap tegas sehingga
tanpa ragu-ragu Sri Sultan Hamengku Buwono IX
membentuk kesatuan semi militer Laskar Mataram yang terdiri dari para
Prajurit Keraton dan Rakyat Pejuang demi menopang peperangan didalam
mepertahankan kemerdekaan Republik Indonesia
2. Simpulan
Pedagogis
Dari simpulan historis diatas maka
simpulan pedagogisnya adalah sebagai berikut :
a. Pada dasarnya merdeka atau bebas merupakan hak
tiap-tiap bangsa, tidak ada bangsa atau Negara yang berhak menjajah dan
menindas suatu bangsa dengan alasan apapun, karena penjajahn dan penindasan
menimbulkan penderitaan dan akan ada banyak pelanggaran terhadap HAM di bangsa
atau Negara tersebut.
b. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX mengajarkan bahwa perjuangan atas masyarakat yang tertindas harus segera
dilaksanakan, untuk sebuah perubahan yang lebih baik, dimana perubahan itu dimulai dari diri sendiri, janganlah
mengaharapkan perubahan dari dunia luar, janganlah menunda perubahan dari diri
kita hingga dunia berubah. Jangan menyerah, pantang mundur pun tidak cukup bila
hanya sekedar bertahan, jangan berhenti, majulah terus.
c. Persatuan
dan kesatuan sebuah bangsa adalah yang utama sehingga bila bangsa itu bersatu
secara otomatis bangsa itu akan menjadi sebuah bangsa yang kuat, persatuan dan kesatuan yang ada dalah sebuah
persatuan yang tidak membeda-bedakan etnis ataupun bahasa, melainkan sebuah
persatuan yang didalamnya terdapat satu tujuan yakni sebuah tatanan masyarakat yang
adil dan makmur.
d. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, tapi tidak
semua orang mempunyai jiwa pemimpin, jiwa pemimpin adalah sebuah jiwa dimana,
pemimpin tersebut lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi,
berlaku, adil, dan amanah, serta taat dan takut terhadap Agama.
3.
Saran
Dari simpulan
diatas maka peneliti dalam hal ini memberikan saran yaitu:
a. Agar kita tidak terulang
sebuah kesalahan maka sudah
seharunya bercermin pada pengalaman masa lalu, betapa sulitnya para Pejuang kita dan para pahlawan untuk menarik sebuah konsep kemerdekaan, agar mereka mengerti
bagaimana usaha yang dilakukan untuk meraihnya, dengan banyak pengorbanan
harta, bahkan nyawa, persatuan dan kesatuan yang sejatinya muncul setelah bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya, saat ini mulai terdegradasi dengan apa yang disebut dengan westernisasi, terbentuknya masyarakat Indonesia yang sekuler, yang jauh dari mengenal peristiwa
masa lalu dan mulai melupakan nilai-nilai sejarah.
b. Agar kita menjadi sosok pemimpin yang bijak sudah seharusnya kita mewarisi sifat-sifat kepahlawanan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja, dimana sifat rendah diri, tidak sombong dengan keturunan, harta, dan
jabatan, serta berjuang untuk kepentingan masyarakat yang tertindas, agar kita
menjadi sebuah pribadi yang lebih baik serta bermanfaat, di zamanya. “Karena
sesungguhnya mempertakankan itu lebih sulit
daripada sebuah pencapaian”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar