Historia

Historia

Jumat, 20 September 2013

Peranan Sultan Hamengku Buwono IX Di Bidang Politik Dan Militer SU 1 Maret 1949



BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Simpulan Historis
Berdasarkan hasil uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan historisnya adalah sebagai berikut :
a.       Peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX di bidang politik dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yaitu :
1)      Sri Sultan Hamengku Buwono IX dapat dikatakan mulai merambah dunia politik sebelum dinobatkanya menjadi seorang Raja Yogyakarta menggatikan Sultan Hamengku Buwono VIII.  Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang berusia 28 tahun bernegosiasi secara alot dengan sistem meraton selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adams mengenai otonomi Yogyakarta.
2)      Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat "Istimewa". Sultan bersama Sri Paku Alam IX adalah penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. Dan pada saat inilah juga Ia diangkat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama oleh Presiden Soekarno tepat setelah Proklamasi kemerdekan. Jabatan itu diembannya hingga akhir hayat, yang dibantu Sri Paku Alam IX selaku Pejabat Gubernur.
3)      Bagi Sultan pribadi, proklamasi kemerdekaan itu merupakan peristiwa yang membuka jalan untuk melepaskan diri dari penderitaan dimana dalam batinnya bergejolak keinginan untuk merdeka dan menyejahterakan rakyat. Sementara itu upaya yang dilakukan yakni dengan berdiplomasi dan konsolidasi sekaligus menempuh jalan bebas guna menentukan nasib kemudian hari. Sultan Hamengku Buwono IX adalah seorang Raja pada kerajaan dengan gelar "Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga".
4)      Sri Sultan Hamengku Buwono IX sejatinyanya adalah sosok seorang negarawan sejati sekaligus Priyayi atau Raja Jawa yang menghabiskan hidupnya untuk Negara. Wawasan kebangsaan dan kebesaran hati Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga terlihat dari sikap tegasnya yang mendukung Republik Indonesia dengan sangat konsekuen. Kerelaannya untuk memberikan sebagian wilayahnya sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia, sebuah kekuasaaan yang lebih tinggi dari kekuasaan kesultanan.
5)      Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan contoh bangsawan yang demokratis. Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya. Bila dalam masa kejayaan Mataram pernah berhasil mengembangkan konsep Politik Keagungbinataraan yaitu bahwa kekuasaan raja adalah agung binathara bahu dhenda nyakrawati, berbudi bawa leksana ambeg adil para marta yakni besar laksana kekuasaan dewa, pemeliharaan hukum dan penguasa dunia, meluap budi luhur mulianya, dan bersikap adil terhadap sesama, maka Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan wawasan barunya menunjukkan bahwa raja bukan lagi gung binathara, melainkan demokratis. Raja berprinsip kedaulatan rakyat tetapi tetap berbudi bawa leksana.

b.      Peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX di bidang Militer dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yaitu :
1.      Sri Sultan Hamengku Buwono IX di dalam bidang militer merupakan seorang Negarawan yang matang dalam Kalkulasi dan Strategi perjuangan yang didukung dengan Kewenangan sebagai Menteri Koordinator Keamanan maka mulailah beliau menyusun rancangan dengan menggunakan beberapa faktor pendukung yang masih ada serta kelemahan dan Point of Return selain itu ternyata pengaruh Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Jawa juga mempengaruhi jalannya kiprahnya di bidang militer dalam serangan umum 1 maret 1949.
2.      Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan salah satu tonggak sebagai foundhing father atas berdirinya Republik Indonesia. Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan tokoh yang cukup berperan dalam fase Indonesia berkembang dan upaya menghapus puing-pung kolonialisme di dalam mempertahankan Kemerdekaan. Hal ini di dasari atas terlintasnya sebuah inisiatif ide gagasannya untuk mengadakan suatu Serangan Umum yang dipimpin langsung oleh persetujuan Jenderal soedirman dan Letkol Soeharto sebagai pelaksana yang membawahi wilayah Yogyakarta.
3.      Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Yogyakarta jelas lebih maju pemikirannya dari pada kerabat-kerabatnya. Beliau berani mengambil sikap tegas sehingga tanpa ragu-ragu Sri Sultan Hamengku Buwono IX  membentuk kesatuan semi militer Laskar Mataram yang terdiri dari para Prajurit Keraton dan Rakyat Pejuang demi menopang peperangan didalam mepertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

2.      Simpulan Pedagogis
       Dari simpulan historis diatas maka simpulan pedagogisnya adalah sebagai berikut :
a.       Pada dasarnya merdeka atau bebas merupakan hak tiap-tiap bangsa, tidak ada bangsa atau Negara yang berhak menjajah dan menindas suatu bangsa dengan alasan apapun, karena penjajahn dan penindasan menimbulkan penderitaan dan akan ada banyak pelanggaran terhadap HAM di bangsa atau Negara tersebut.
b.      Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengajarkan bahwa perjuangan atas masyarakat yang tertindas harus segera dilaksanakan, untuk sebuah perubahan yang lebih baik, dimana perubahan itu  dimulai dari diri sendiri, janganlah mengaharapkan perubahan dari dunia luar, janganlah menunda perubahan dari diri kita hingga dunia berubah. Jangan menyerah, pantang mundur pun tidak cukup bila hanya sekedar bertahan, jangan berhenti, majulah terus.
c.       Persatuan dan kesatuan sebuah bangsa adalah yang utama sehingga bila bangsa itu bersatu secara otomatis bangsa itu akan menjadi sebuah bangsa yang kuat, persatuan dan kesatuan yang ada dalah sebuah persatuan yang tidak membeda-bedakan etnis ataupun bahasa, melainkan sebuah persatuan yang didalamnya terdapat satu tujuan yakni sebuah tatanan masyarakat yang adil dan makmur.
d.      Setiap orang bisa menjadi pemimpin, tapi tidak semua orang mempunyai jiwa pemimpin, jiwa pemimpin adalah sebuah jiwa dimana, pemimpin tersebut lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, berlaku, adil, dan amanah, serta taat dan takut terhadap Agama.





3.      Saran
Dari simpulan  diatas maka peneliti dalam hal ini memberikan saran yaitu:
a.       Agar kita tidak terulang sebuah kesalahan maka sudah seharunya bercermin pada pengalaman masa lalu, betapa sulitnya para Pejuang kita dan para pahlawan untuk menarik sebuah konsep kemerdekaan, agar mereka mengerti bagaimana usaha yang dilakukan untuk meraihnya, dengan banyak pengorbanan harta, bahkan nyawa, persatuan dan kesatuan yang sejatinya muncul setelah bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya, saat ini mulai terdegradasi dengan apa yang disebut dengan westernisasi, terbentuknya masyarakat Indonesia yang sekuler, yang jauh dari mengenal peristiwa masa lalu dan mulai melupakan nilai-nilai sejarah.
b.      Agar kita menjadi sosok pemimpin yang bijak sudah seharusnya kita mewarisi sifat-sifat kepahlawanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja, dimana sifat rendah diri, tidak sombong dengan keturunan, harta, dan jabatan, serta berjuang untuk kepentingan masyarakat yang tertindas, agar kita menjadi sebuah pribadi yang lebih baik serta bermanfaat, di zamanya. “Karena sesungguhnya mempertakankan itu lebih sulit daripada sebuah pencapaian”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar